Opini  

Ketika Semen tidak Panen

Ketika Semen tidak Panen
Ketika Semen tidak Panen Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi KoranTrasparansi.com

Selain itu, syarat teknis lainnya adalah kapasitas produksi pab rik semen tidak boleh lebih tinggi dari tiga kali lipat total kebutuhan semen dalam satu provinsi. Kemudian, penggunaan teknologi harus ramah lingkungan serta rendah konsumsi energi.

Dengan demikian, investasi yang masuk ke dalam industri semen dalam negeri harus benar-benar memiliki daya saing, ramah lingkungan, dan berada di luar Pulau Jawa. Pengaturan lebih lanjut terdapat beberapa spesifikasi teknis pabrik yang harus dipenuhi investor.

Menurutnya, pemerintah tidak akan mengizinkan pendirian pabrik semen relokasi dari negara lain dengan teknologi rendah serta menggunakan energi dalam jumlah besar. Dengan demikian, pendirian industri semen akan lebih selektif.

Terkait dengan kelebihan pasokan yang akan terjadi pada 2017, sisa lebih produksi diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar ekspor. Saat ini terdapat lima pembangunan pabrik semen yang akan berproduksi optimal pada 2017, yaitu Jui Shin, Anhui Conch, Siam Cement, Cemindo Gemilang dan Panasia.

Untuk pulau Jawa sendiri, berdasarkan data duniaindustri, dikuasai dua pemain semen yang besar, yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan pangsa pasar 38,8% dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang pangsa pasarnya 37%. Di Kalimantan, kedua pemain ini berbagi kue, SMGR mendapatkan 51,6% dan INTP memperoleh 27,9 pangsa pasar.

Siap Kompetisi

Seperti kompetisi sepakbola dalam negeri, Liga 1 dengan jumlah klub standar, tetapi tetap saja dengan gaji di bawa rata-rata klub standar internasional Asia. Maka kompetisi itu sendiri hanya sekedar memutar dan menyelenggarakan, bukan menghasilkan klub dan pemain dengan materi terbaik standar internasional, sekaligus berdampak cukup baik tim nasional.

Apalagi kalau melihat lebih dekat Liga 2 dan Liga 3, maka hampir dapat dipastikan bahwa sepekbola Indonesia, memang masih sekedar kompetisi.

Begitu juga persaingan pabrikan semen di Indonesia, Semen Indonesia, kini harus menghadapi persaingan begitu ketat dan keras, dengan pebrikan semen dari luar negeri, yang sudah biasa menurunkan harga dan menjungkirbalikkan harga ’’demi persaingan tidak sehat’’, dan itu untuk sementara sah-sah saja, karena memang dengan berdalih untuk pembangunan infrastuktur, maka semua boleh-boleh saja. Walaupun sudah mulai nampak persaingan tidak sehat.

Dalam persoalan harga, Semen Indonesia sangat merasakan dampaknya, sehingga harus melakukan perubahan strategi untuk bersaing dan berkompetisi dengan pabrikan semen lainnya. ’’Beda harga antara produk Semen Indonesia dengan semen pabrikan tertentu bisa mencapai Rp 9.000 per sak. Ya kondisi ini mengharuskan kita lakukan penyesuaian harga. Tingkat penjualan Semen Indonesia tetap tinggi, tapi harga menurun. Akibatnya, pendapatan dan profit bersih korporasi juga menurun,” tegas Agung.

Sementara itu, di pasar nasional, sejumlah pemain besar semen dunia memiliki pabrik dan produknya beredar di pasar nasional. Misalnya, Lafarge Holcim Prancis, Anhui Conch China, Heidelberg Jerman, dan lainnya. Dalam beberapa tahun ke depan, tingkat kapasitas produksi pabrikan Anhui Conch di Indonesia diperkirakan mencapai 14 juta ton.

Sebagai pabrikan semen terbesar di China dan ketiga di dunia, Conch memiliki kapasitas produksi mencapai 209 juta ton per tahun. Karena itu, Conch sangat agresif menyerang pasar semen Indonesia dengan kebijakan harga sangat kompetitif, sehingga menggoyang keseimbangan pasar semen nasional.

Agung dengan diplomatis dan optimis menyatakan, walaupun mendapat serangan keras dari pabrik pabrikan semen asing, terutama dari China dan Thailand (Siam Cement), Agung menandaskan, Semen Indonesia Grup siap menghadapi kompetisi bisnis semen yang sangat keras ini dengan sekuat tenaga.

Satu di antaranya, korporasi melakukan langkah efisiensi internal dengan menekan operational expenditure (Opex), menjadwal ulang sejumlah langkah ekspansi pembangunan pabrik semen baru seperti Bangladesh, Nangroe Aceh Darussalam, dan Kupang (NTT). ’’Termasuk tidak naik gaji selama 3 tahun terakhir ini,’’ ungkap Agung/ (djoko tetuko)