Lewat Desa Pintar ini pula, lanjut Anas, telah memacu desa untuk saling bersaing menciptakan inovasi. Mulai inovasi bidang sosial, pariwisata, hingga pelayanan publik. Anas mencontohkan seperti Desa-desa di kecamatan Songgon, Desa Kemiren Kecamatan Glagah serta Desa Tamansari Kecamatan Licin yang telah berkembang menjadi desa jujugan wisatawan. Dengan keeativitas warga desa, desa-desa tersebut berhasil “menjual” potensinya sebagai obyek wisata.
“Kini juga banyak desa yang telah membuka layanan administrasi hingga malam hari. Ada juga mobil ambulans “serbaguna” dari Desa Gumirih Singojuruh. Lalu ada juga Desa Ketapang, Kalipuro yang sangat maju dalam masalah administrasi kependudukan dan pengelolaan Bumdes-nya (Badan Usaha Masyarakat Desa). Ini semua berkat semangat Smart Kampung,” paparnya.
Sementara itu, CEO Citiasia Inc Farid Subkhan mengatakan bahwa penilaian indeks ISNA 2018 diukur dari berbagai parameter pengukuran capaian pembangunan kabupaten sejak Januari hingga Desember 2017. Tidak hanya dilihat dari sisi pemerintahan, namun juga dari sisi pariwisata, perdagangan hingga investasi.
“Smart Kampung tidak hanya mampu meningkatkan pelayanan publik, tapi juga mendorong pengembangan SDM. Akses internet di kampung-kampung ditingkatkan. Juga diberikan pelatihan bahasa asing, pembuatan video promosi potensi desa dan lain sebagainya. Ini semua adalah cara-cara inovatif yang dilakukan Banyuwangi dengan smart kampungnya,” terang Farid. (ari)