Kondisi itu, lanjut dia, juga diperkuat dengan keterlibatan seorang pemuda lulusan salah satu PTN yang terlibat dalam teror di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Ini semakin menegaskan bahwa lingkungan kampus sudah menjadi target bagi kelompok radikal untuk memobilisasi calon teroris baru.
Oleh karena itu, lanjut dia, mahasiswa harua mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Fenomena radikalismen di kalangan mahasiswa sangat besar dari aspek potensi ancaman.
Ia menggarisbawahi peran strategis mahasiwa untuk mewujudkan masyarakat yang madani.
Sejarah, lanjut dia, mencatat gerakan mahasiswa yang menjadi motor perubahan di Indonesia. “Jangan mahasiswa justru diperalat oleh kelompok radikal untuk memecah belah tatanan masyarakat yang kita bangun,” katanya. (kh)