Penasaran, Rini pun memborong beras merah dan hitam organik produksi kelompok tani Banyuwangi itu. Satu lagi yang dibeli adalah beras germinasi, beras yang telah melalui proses aktivias berbagai enzim di dalam beras pecah kulit, sehingga semua kandungan gizinya dioptimalkan. “Wah saya beli ya, Pak. Ternyata di sini ada beras hitam. Saya beli semuanya, tiga-tiganya beras ini ya. Saya senang mengonsumsi yang organik-organik,” ujar Rini.
Sebelumnya, Rini melakukan pengecekan harga komoditas, termasuk harga beras yang didistribusikan BUMN seperti PT Pertani, di Pasar Rogojampi. “Harga beras Pertani di sini berapa?” tanya Rini kepada Intan, pemilik toko. Intan menerangkan, harga beras Pertani Rp 9.250 per kilogram. Di toko tersebut, Rini juga membeli roti dan keripik pisang khas Banyuwangi.
Rini lalu menyambangi beberapa pedagang di sepanjang pasar. Saat melewati pedagang jajan tradisional, Rini berhenti karena melihat ada lupis, jajanan yang terbuat dari beras ketan dengan taburan kelapa parut dan saus gula merah. “Bu, saya pengen lupis. Ini jajanan favorit saya sejak kecil. Saya beli ya, Bu,” kata Rini sambil mencoba dua potong lupis.
Tidak hanya itu, Rini membeli jagung manis, tahu, dan cabai rawit. “Saya bawa ke Jakarta, mau saya masak,” kata Rini. Rini menjelaskan, tujuannya turun ke pasar adalah mengecek harga beras yang dijual oleh BUMN Pertani yang dinstruksikan untuk menjual beras di bawah harga eceran tertinggi Rp9.450 per kilogram. “Ini kita cek langsung. Alhamdulillah hasilnya sesuai yang diinstruksikan. Kami minta masyarakat mengawasi. Jangan nanti menterinya pergi, harganya naik,” tandasnya. (ari)