Usai berbincang langsung dengan Menteri Luhut, dirinya mengaku senang dengan langkah Khofifah yang respinsif dan mengatasi masalah langsung.
“Bagus, hebat. Kami ini se Pakal, petani tambak, dan se-Surabaya ingin agar Ibu Khofifah jadi gubernur. Kalau sudah jadi gubernur jangan sampai melupakan kami,” kata Kholid.
Saat diwawancara Khofifah mengatakan, ada banyak hal yang bisa ia jadikan hasil navigasi program. Menurutnya ia sengaja menghubungi pejabat pengambil keputusan utama seerti menteri untuk mempercepat penyelesaian masalah di lapangan.
“Saya memang beberapa kali begini saat melakukan kunjungan, saya mencoba komunikasi ke orang yang membuat kebijakan utama. Dan alhamdulillah bersambung ke Pak Menko Maritim,” kata Khofifah.
Dari curhatan petani garam tersebut sudah tersampaikan terkait pengajuan harga eceran tertinggi. Dimana mereka ingin agar harga garam bisa di atas Rp 1000 per kilogramnya.
“Mereka bisa dapat untung kalau harga garam diatas seribu. Sebernarnya presiden sudah menetapkan harga bisa Rp 1500 kilogram, namun nyatanya mereka mengalami harga Rp 300 per kilogramnya, kalau seperti ini mereka tidak laba,” kata Khofifah.
Begitu juga dengan masalah impor garam. Menurutnya memang harus dilakukan telaah lebih lanjut dan detail.
Terutama terkait data produksi garam Jawa Timur berapa dan juga kebutuhannya berapa. “Kebutuhan garam konsumsi berapa, kalau masih terpenuhi dengan ketersediaan produksi lokal, jangan sampai imlor apalagi kalau saat panen garam,” kata Khofifah.
Tidak hanya itu, Khofifah menyampaikan bahwa ke depan komitmenny adalah menguatkan plasma. Sebab tidak semua petani garam adalah petanj besar, sehingga petani kecil juga masih bisa survive.
“Presiden menekankan prioritas segera swasembada. Dan menghentikan impor garam industi di tahun 2020. Kalau sudah tidak impor, pola yang lebih sustain harus terus disinergikan,” kata Khofifah. (min)