MALANG – Presiden Joko Widodo meresmikan dua gedung milik Universitas Islam Malang (UNISMA), yakni Gedung Bundar Al-Asy’ari dan Gedung Umar Bin Khattab, Kamis (29/3) pagi.
Dengan di dampingi Gubernur Jawa Timur Soekarwo peresmian Gedung Al-Asy’ari ini terdiri atas tiga lantai, berdiri diatas lahan seluas 9.200 m2, fungsinya untuk auditorium serba guna yang dapat menampung sebanyak 7.000 orang lebih, serta ruang untuk kuliah. Sementara Gedung Umar Bin Khattab terdiri atas 7 lantai dan dipergunakan untuk ruang rektorat.
Sebelum peresmian Joko Widodo berkesempatan memberikan kuliah umum atau studium generale dengan tema “Islam Nusantara dan Keutuhan NKRI untuk Mewujudkan Indonesia Damai” kepada para mahasiswa UNISMA dan hadirin.
Jokowi, sapaan akrab Presiden RI meminta UNISMA untuk menjadi contoh dan teladan dalam merawat kebhinekaan dan persatuan NKRI. Salah satu upayanya, yakni dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak Bhinneka Tunggal Ika.
“UNISMA harus optimis bisa mengawal Indonesia untuk menjadi pemimpin negara-negara muslim di dunia. Karena UNISMA adalah kebanggaan NU, dan kebanggan bangsa Indonesia. UNISMA bisa mewujudkan Indonesia yang damai melalui semangat Islam Nusantara” katanya.
Semangat Islam Nusantara, lanjut Presiden Jokowi, menjadi modal utama bagi UNISMA dalam menjaga keutuhan NKRI. Diakuinya, semangat ini dirasakannya sendiri ketika memasuki area kampus UNISMA. Diharapkan, semangat ini bisa dijaga dan diteruskan kepada bangsa dan negara.
“Ketika masuk ke kampus ini, saya merasakan aura Islam Nusantara. Saya merasakan pendidikan tinggi Islam yang maju dan modern, saya juga merasakan NU yang maju dan modern. Saya merasakan kebesaran Islam Nusantara di kampus UNISMA” pujinya.
Meneguhkan Islam Nusantara dalam menjaga keutuhan NKRI, imbuh Presiden Jokowi, sangatlah penting. Pasalnya bangsa ini sangat besar dan majemuk, dimana jumlah penduduknya sebanyak 260 juta jiwa, memiliki 17 ribu lebih pulau, 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah, serta terdiri dari bermacam-macam agama dan budaya.
“Semakin besar sebuah bangsa, semakin besar pula tantangannya. Dan tantangan kita adalah menjaga keutuhan NKRI. Jika tidak dijaga, bisa timbul perpecahan, apalagi sekarang banyak sekali isu,seperti isu PKI, antek asing, isu Indonesia bubar, isu komunis, dan lainnya. Isu-isu seperti itu bisa membuat rakyat jadi pesimis” imbuhnya.
“Kondisi Afganisthan itu menjadi contoh betapa beratnya kehidupan di negeri yang tidak damai. Afganisthan hanya ada 7 suku, tapi bisa timbul perang dan susah sekali didamaikan. Kita ada 714 suku, karena itu NKRI harus dijaga melalui penguatan Islam Nusantara” katanya. (min)