“Kami atur waktu perkiraan panennya agar dapat harga terbaik. Misalnya yang panen sekarang ini, adalah hasil kami tanam Agustus-Oktober 2017. Alhamdulillah sesuai perkiraan harga sekarang sangat baik. Intinya, petani jangan latah, tapi harus tahu di mana celah waktunya,” tambah Badrus.
Sementara Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas meminta agar manajemen penanaman tersebut dijaga. Siklus harga cabai sudah diketahui, sehingga saat menanam bisa diperkirakan masa panen saat harga mahal. “Saya rasa manajemen di kelompok tani sudah bagus,” kata Bupati Anas.
Hingga saat ini, tambah Bupati Anas, masa panen cabai di Banyuwangi sudah sepanjang tahun. Karena banyak daerah di Banyuwangi merupakan penghasil cabai, terutama Wongsorejo yang merupakan daerah sentra cabai Banyuwangi sekaligus nasional. “Hanya saja karakteristik tiap daerah berbeda. Di Wongsorejo bisa panen sepanjang tahun, berbeda dengan di sini. Jadi kita harus benar-benar atur,” kata orang nomor satu di Banyuwangi itu.
Produksi cabai di Banyuwangi, menurut Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Drs H Arief Setyawan, merupakan salah satu komuditas penyeimbang inflasi. Bahkan untuk hal itu, pemkab telah menandatangani kerja sama dengan kelompok tani, salah satunya di kawasan selatan Banyuwangi untuk turut mengendalikan inflasi. Bentuk kerja samanya, pemerintah daerah memberikan bantuan pertanian, lalu petani diminta menjual sebagian hasil panennya pada pemerintah untuk keperluan cadangan operasi pasar dengan harga yang telah disepakati bersama. Kesepakatan harga tersebut ditandatangai kedua belah pihak sebelum masa tanam dimulai.
“Tentunya harga yang kami tawarkan tidak akan merugikan petani, bahkan sudah menguntungkan petani. Jadi petani tetap untung, harga pasar juga tetap bisa dikendalikan,” terang Arief. (ari)