“Dari sini semakin tampak pula bahwa ada korporasi yang bermain untuk menguasai pasar garam nasional, sehingga dampak dari drama ini petani garam harus menjerit,” jelasnya.
Oleh sebab itulah Mahasiswa menuntut agar DPRD Sumenep menolak impor garam, usut tuntas mafia garam, kembalikan regulasi impor garam seperti semula dengan catatan mewajibkan para importir membeli garam lokal dalam kategori garam konsumsi.
“Dan yang terakhir, musnahkan garam impor agar tidak merembes ke pasar garam konsumsi untuk menjaga agar harga garam lokal tidak jatuh,” tuturnya.
Akhirnya, aksi unjuk rasa para mahasiswa ditemui oleh anggota Komisi II DPRD Sumenep, Bambang Prayogi. Dia menyetujui untuk tidak melakukan impor garam. Bahkan pihaknya mengajak para mahasiswa untuk mengawal terkait impor garam itu hingga selesai.
Selain itu, pihaknya juga menandatangani surat pernyataan penolakan impor garam.
“Kita wakil rakyat sepakat menolak impor garam,” tegasnya.
Bambang berharap para mahasiswa untuk duduk bersama membahas solusi terbaik mengatasi menolakan impor dan mafia garam yang meresahkan petani.
“Mari duduk bareng, tidak harus teriak-teriak seperti ini” katanya saat menemui mahasiswa saat aksi unjuk rasa (fidz).