Selain itu, Menkeu mendorong Banyuwangi untuk terus berinovasi menurunkan angka kemiskinan yang saat ini telah turun drastis hingga satu digit di angka 8,6 persen dari sebelumnya selalu dua digit. “Saya melihat Banyuwangi jeli memetakan wilayahnya yang masuk zona kemiskinan tinggi.
Lalu dia fokuskan ke daerah itu dan dikeroyok sampai kemiskinan turun. Ada detail bagaimana membantu masyarakat tidak mampu. Ini menggambarkan bahwa peranan daerah daerah itu sangat penting untuk perubahan yang nyata,” ujar SMI.
Dia merujuk ke sejumlah program pengentasan kemiskinan di Banyuwangi, seperti tabungan pelajar, distribusi makanan lansia, dan kreasi ekonomi di kantong kemiskinan. SMI sendiri datang ke Banyuwangi untuk meninjau persiapan penyambutan delegasi IMF-Bank Dunia dari berbagai negara yang bakal mendarat di kabupaten tersebut pada Oktober mendatang.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih atas berbagai panduan yang diberikan pemerintah pusat.
“Sebenarnya simpel saja, ikuti arah kebijakan pusat. Misal, Presiden Jokowi awal-awal dulu bilang, ubahlah paradigma keuangan negara. Dari money follows function ke money follows program. Fokus kita apa, itu dana digelontorkan. Bukan dibikin rata semua dinas hanya untuk rutinitas,” ujar Anas.
Dari sana kemudian Banyuwangi membuat prioritas-prioritas, seperti pariwisata untuk peningkatan ekonomi. “Dan itu kemudian kita bersyukur, ternyata dampaknya terasa. Pendapatan per kapita naik 100 persen jadi Rp 41,46 juta per orang per tahun pada 2016 lalu, dengan kemiskinan yang berhasil kita tekan di level 8 persen,” ungkapnya. (ari)