Lalu soal Radio Divisualkan?
Seluruh pendengar RRI, saya minta sabar menunggu media konvergensi radio divisualkan, mungkin tidak lama lagi, RRI akan masuk mendunia ’’Radio Divisualkan’’ dengan tag line ’’Tonton apa yang anda dengar’’.
Jadi dengan munculnya semua dimensi media, RRI telah masuk konvergensi media secara total sesuai dengan perkembangan kemajuan teknologi, RRI.co.id, itu portal, tetapi sudah dikembangkan sekian aplikasi, radio teresterial, (baik di FM analog maupun digital audio broadcasting atau DAB). Radio Digital, itu “DAB Plus”, uji coba dilakukan di Jakrta. 1 frekuensi memiliki 8 kanal (channel). Beberapa radio, termasuk Pro3 RRI 88,8 FM hanya punya 1 programa. Tetapi DAB Plus RRI mempunyai 8 programa dengan 8 channel, itu teknologi baru, sebagai radio terestrial pertama di Jakarta. Bahkan channel lima RRI Surabaya dipancarkan ke satelit, lalu diterima di RRI Jakarta, dan disalurkan melalui siaran DAB plus.
Kalau DAB kelebihannya apa?
Khusus DAB sudah dikembangkan sejak 4 tahun lalu, sejak saya jadi direktur teknik dan media baru, ini DAB RRI sebagai radio pertama yang menggunakan 8 kanal (channel), mulai musik jazz, musik klasik, musik keroncong, termasuk salah satunya channel RRI Surabaya itu musik 91,7 Mhz (91 FM), juga dipancarkan ke satelit ke DAB Plus di Jakarta, kemudian disiarkan secara nasional.
Radio Visual muncul di dunia. Pertama di RRI Play, siaran Teresterial Satelit, apa yang diinginkan dengan terobosan memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi ini, bahwa dalam rangka memberikan pelayanan siaran supaya memuaskan dan maksimal, maka RRI mencari celah teknologi siaran yang mampu menyentuh kelompok muda atau generasi milenial atau generasi jaman now. Sehingga programa-programa siaran RRI sengaja banyak didesain untuk meraih pendengar di kelompok itu sebanyak-banyaknya. Tentu saja ke depan dengan Radio Visual.
Bagaimana kiprah RRI dibanding negara lain?
Ada yang penting memang untuk disampaikan atau diinfokan, bahwa negara-negara besar di Asia mulai Jepang dengan NHK, Korea Selatan dengan KBS, dan beberapa radio terkenal yang tergabung dalam organisasi ABU (Asia Broadcasting Union), termasuk RRI, melakukan kesepakatan bersama di Cheng Du, Tiongkok, pada akhir 2017, dimana RRI yang memposisikan diri sebagai pejuang media mainstream, sekaligus mengkampanyekan sebagai media untuk melawan hoax. Mengapa itu kemudian dijadikan gerakan untuk melawan hoax oleh negara-negara Asia Pasific, karena media mainstream dalam mengekpose berita melalui proses cukup panjang, dengan seleksi sangat ketat, check and recheck, dan seterusnya yang tidak mungkin akan melakukan pemberitaan bohong atau fitnah atau hoax, apalagi seperti NHK sudah menggunakan kecanggihan teknologi untuk memastikan suatu peristiwa benar-benar terjadi.
NHK kalau ada peristiwa menggunakan satelit dulu, mengecek untuk melihat kebenaran berita itu, kekuatan itulah yang diharapkan mengembalikan public trust (kepercayaan publik). Sebab dengan munculnya digitalisasi, masyarakat dengan mudahnya mendapatkan informasi dan mengekpose kembali informasi itu, dan ketika mereka muda mengekpose itu, disitulah peluang hoax dengan mudah dilakukan, karena tanpa melalui proses seleksi. Oleh karena itu, sangat diharapkan media mainstream mampu memberikan kepecayaan yamg besar kepada masyarakat dunia untuk melawan berita-berita bohong. (*).