“Komoditas ini sebenarnya dapat disubstitusi dengan produk lokal dari berbagai provinsi melalui penguatan perdagangan antar daerah. Kalau ini dilakukan, bisa mengurangi ketergantungan impor,” kata Pakde Karwo.
Masalah kedua adalah masih tingginya biaya logistik antar pulau. Sebagai contoh, biaya logistik dari Surabaya ke Makasar 8 juta rupiah per kontainer 20 feet, harga ini masih lebih tinggi dibandingkan Surabaya ke Singapura yakni sekitar USD 150-200 atau 2-3 juta rupiah per kotainer 20 feet.
“Maka disamping penguatan infrastruktur “tol laut” yang menjadi program strategis nasional, juga perlu memperbaiki kemudahan berusaha serta memangkas berbagai prosedur perijinan,” katanya.
Masalah ketiga adalah belum adanya sistem data base yang secara detail menjelaskan potensi dan kebutuhan komoditas antar daerah/provinsi. Untuk itu Pakde Karwo mengusulkan perlunya penguatan informasi potensi dan kebutuhan melalui penguatan kerjasama antar daerah berupa informasi digital atas potensi dan kebutuhan.
Pada kesempatan ini, usai diskusi panel para gubernur melakukan penandatanganan kesepakatan bersama/MoU gubernur seluruh Indonesia selaku anggota APPSI tentang kerjasama perdagangan komoditas dan produk unggulan antar daerah.
Pakde Karwo berharap kesepakatan yang telah ditandatangani bersama dapat menjadi dasar atau landasan memperkuat perdagangan antar daerah dalam rangka memperkuat supply chain surplus – defisit masing-masing daerah untuk menjaga tingkat inflasi. (min)