Surabaya – Perayaan Tahun Baru Imlek tak bisa dilepaskan dari peran KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Lewat Presiden ke-4 RI itulah etnis Tionghoa mendapat ruang untuk mengekspresikan semua bentuk kebudayaannya di Indonesia.
Salah satunya mengusulkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional, yang kemudian di era Presiden Megawati Soekarnoputri ditetapkan sebagai hari libur nasional. Gus Dur pula yang menyatakan Konghucu yang banyak dianut etnis Tionghoa di Indonesia sebagai agama resmi saat menjabat presiden.
Bagi Cagub Jatim yang juga anak ideologis Gus Dur, Khofifah Indar Parawansa, semasa hidupnya Gus Dur telah mempersonifikasikan dirinya sebagai Bapak Kemanusiaan yang menghormati seluruh perbedaan dan keberagaman di Indonesia. Gus Dur memberi penghormatan dan apresiasi terhadap kultur-kultur yang ada di Indonesia, termasuk Imlek.
“Dua tahun sebelum Gus Dur wafat, beliau berpesan kepada saya agar kelak di batu nisannya diberi tulisan ‘The Humanist Died Here’,” katanya kepada wartawan di Surabaya, Jumat (16/2).
Pesan Gus Dur itu oleh Khofifah tidak pernah disampaikan kepada siapapun. “Apalagi waktu itu Gus Dur masih hidup. Gak enak lah, masak mau menyampaikan soal kematian kepada orang lain,” katanya.
Namun, lanjut Khofifah, Gus Dur kembali menyampaikan pesan yang sama pada sekitar dua bulan menjelang kematiannya. “Lalu, H-2 menjelang Gus Dur wafat, beliau kembali mengingatkan agar di batu nisannya diberi tulisan ‘The Humanist Died Here’,” ucapnya.