Aribowo mengatakan, sebagai masyarakat yang demokratis dua duanya (Khofifa dan Gus Ipul ) memiliki peluang yang sama. Persoalannya bagaimana caranya dua duanya memiliki program yang lebih.
Kalau Guberburnya memiliki program unggulan yang pro rakyat , itulah yang akan dipilih.
Kedua, menyangkut soal track record seorang calon Gubernur tersebut. Kalau Gubernurnya memiliki point (nilai) sama, maka yang menjadi penentu adalah wakilnya. Ini menjadi sangat menarik lantaran berangkat dari latarbelakang yang berbeda.
Dikatakan oleh Aribowo, Emil Elistianto Dardak besiknya seorang Bupati, yang nota bene memiliki program dan itu sudah mulai di buktikan meski baru berumur dua tahun. Dia juga cukup populer, belum lagi pengaruh istrinya Arumi Bahsim. Sepintas dia hanya seorang artis belaka, tapi ternyata punya kemampuan dan mengerti menejement pemerintahan.
Dikawasan Mataraman Khofifah dan Emil juga populer karena posisinya sebagai pejabat daerah. Tentu ini akan memudahkan. Masyarajat di sekitar Trenggalek sudah mengenalnya.
Sebaliknya Wakilnya Gus Ipul yaitu Puti Guruh Soekarno sebagai anggota DPR RI tidak berasal berangkat dari Dapil Jawa Tinur. Namanya nyaris tidak terdengar. Itu yang memaksa Gus Ipul harus kerja extra keras. Setidaknya ini menjadi beban Gus Ipul
Dari hal yang berbeda tersebut kata Aribowo, kerja kerja program akan sangat menentukan. Perlu diketahui bahwa hampir semua calon wakil gubernur, sebelumnya, elektabilitasnya kisaran 5 sampai 10 persen kecuali Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang mencapi 35 persen.
Selain itu menurut Aribowo, faktor Gubernur Soekarwo dibelakang Khofifah akan sangat menentukan pemilih. Jadi bukan soal tim suksesnya melainkan Pakde Karwo. Bagaimanapun juga pengaruh Pakde masih sangat kuat. tegasnya. (min)