Anas mencontohkan bidang lain yang dikembangkan seperti program Rantang Kasih yang mendistribusikan makanan bergizi bagi warga lansia kurang mampu. Juga ada program Garda Ampuh dengan tabungan pendidikan dan bantuan uang saku.
Menurut Anas, program-program itu akan bisa meningkatkan empati pengunjung terhadap sesama. Nantinya juga diharapkan bisa membuka jejaring charity para wisatawan yang memiliki kepedulian. “Misalnya saja wisatawan yang berkunjung ke rumah lansia ataupun lembaga-lembaga sosial lainnya yang ada di Banyuwangi, kita harapkan wisatawan yang memiliki empati sosial tinggi akan ikut serta berdonasi. Karena Banyuwangi punya concern yang tinggi terhadap penanganan masalah sosial,” cetusnya.
Anas berharap destinasi wisata pelayanan publik tersebut tidak hanya menjadi magnet baru bagi datangnya wisatawan tapi juga menjadi cara untuk meningkatkan motivasi bagi para aparat pelaksana pelayanan publik.
“Ini sudah terbukti. Seperti di Desa Kampunganyar, Tamansari, Ketapang yang selama ini hampir setiap hari dikunjungi berbagai daerah di Indonesia, aparat desa di sana semakin rajin dan profesional dalam menjalankan tugas karena mereka ingin menunjukkan yang terbaik. Mereka banyak melakukan inovasi,” ujarnya.
Anas juga yakin, dengan sejumlah prestasi baru seperti penghargaan pariwisata ASEAN dan kembali mendapatkan nilai A atau terbaik se-Indonesia untuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), bisa semakin menarik minat untuk pengembangan wisata pelayanan publik. (ari)