Lamongan – Perusahan Industri di lamongan saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya industrialisasi yang sudah beroperasi di wilayah Lamongan.
Dengan banyaknya industri yang sudah berjalan, diharapkan pula ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan di masing-masing perusahan bisa terealisasi. Pada prinsipnya perusahaan mengharapkan daerah yang ditempati dapat mensuport kebutuhan tenaga kerja yang profesional.
Chusnul akhlaq kepala bidang (kabid) pelatihan tenaga kerja dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi (dinsosnaketrans) Kabupaten Lamongan ditemui diruang kerjanya (20/12) menyatakan masih kurangnya kerjasama antara perusahaan yang ada di lamongan dengan balai latihan kerja (BLK) belum sepenuhnya bisa bersinergi.
Chusnul Ahlaq menjelaskan bila perusahan yang ada di lamongan ini menginformasikan kebutuhannya dan berkerjasama dengan BLK dalam memenuhi kebutuhan karyawan maka pihak pemerintah daerah melalui BLK dapat mensuport kebutuhan tersebut.
“Angka pengangguran di lamongan saat ini masih cukup tinggi, sedangkan perusahan yang ada di lamongan semakin banyak, perusahaan terkesan hanya ambil praktisnya saja, tidak peduli kondisi di lapangan, kita juga kesulitan untuk membuat kegiatan pelatihan yang sesuai dan yang dibutuhkan sudah tepat sasaran atau belum, ” kata chusnul akhlaq.
Pihaknya menyatakan di tahun 2018 APBD lamongan untuk alokasi belanja pelatihan di BLK nilainya hampir 1 miliar yang rencananya pelatihan itu akan ada dua tahapan, yang berbasis kompetensi dan berbasis masyarakat, masing – masing diupayakan biayanya di bagi tiap peserta pelatihan sebesar Rp.700 ribu, dan kuota di tahun 2018 mendatang diperkirakan akan di adakan pelatihan sebanyak 242 anak.
Untuk yang berbasis masyarakat, kata Chusnul supaya masyarakat dan kebutuhan apa yang ada di masyarakat dan usaha yang sedang berkembang juga dapat kita suport melalui pengembangan sumber daya manusianya, sedangkan untuk yang kompetensi adalah sesuai dengan petunjuk regulasinya.
Untuk Kembali ke komitmen perusahaan dengan BLK Chusnul mencontohkan PT. PERTAMINA saat ini sudah bersinergi dengan BLK,” sekitar 21 anak yang sudah kita latih dan dipekerjakan di PT. PERTAMINA,” ungkapnya.
Chusnul menambahkan untuk masalah Corporate social responsibility (CSR) pihaknya tidak memaksa perusahaan untuk harus melalui BLK, tetapi ia berharap ini di maknai sebagai wujud dimana perusahaan juga punya kewajiban peduli dengan lingkungan sosial sekitar wilayah perusahaan dan di mana industri itu beroperasional.
” Pengawasan untuk perusahaan jangan cuma dari satu sisi saja, karena kalau cuma satu sisi saya rasa tidak akan bisa optimal, peran dari media juga sangat membantu dalam hal pengawasan, ” jelas pria yang sebentar lagi akan pensiun tersebut. (ard)