Washington (MT) – Presiden Donald Trump, Minggu (29/01), menegaskan bahwa perintah eksekutifnya yang sementara waktu menghentikan perjalanan dari tujuh negara mayoritas muslim tersebut “bukanlah larangan untuk muslim,” setelah larangan itu menimbulkan kebingungan, kemarahan global dan protes besar di seluruh Amerika Serikat.
“Amerika adalah negara yang bangga terhadap imigran dan kami akan terus menunjukkan belas kasih kami bagi orang-orang yang melarikan diri dari penindasan, tetapi kami akan melakukannya sembari melindungi warga kami sendiri dan perbatasan. Amerika selalu menjadi tanah kebebasan dan rumah bagi keberanian,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan.
“Ini bukan tentang agama – ini tentang teror dan mempertahankan keamanan negara kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa lebih dari 40 negara muslim tidak terkena perintahnya.
Pembelaannya muncul dalam bentuk pernyataan tertulis resmi yang dikeluarkan oleh Gedung Putih, sebuah langkah langka bagi seorang presiden yang memilih berbicara secara langsung kepada orang-orang via Twitter.
Sang presiden memberikan perhatian khususnya kepada media, yang dia serang berulang kali sejak menjabat tepat sepekan lalu.
“Kami akan tetap bebas dan tetap aman, seperti yang media ketahui,” katanya, merujuk kepada AS.
“Jelasnya, ini bukan larangan untuk muslim, seperti yang disalahartikan oleh media.”
Trump menandatangani perintah eksekutif tersebut pada Jumat, menangguhkan kedatangan semua pengungsi selama sedikitnya 120 hari, tanpa batas waktu bagi pengungsi Suriah dan melarang warga dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman selama 90 hari.(afp/ant)